Review Buku Tanto Sukardi, Tanam Paksa di Banyumas



Deskripsi Buku

  • Judul Buku     : Tanam Paksa di Banyumas
  • Sub Judul       : Kajian Mengenai Sistem, Pelaksanaan, dan Dampak Sosial Ekonomi
  • Pengarang      : Dr. Tanto Sukardi, M.Hum.
  • Penerbit          : Pustaka Pelajar Yogyakarta
  • Tahun Terbit  : 2014
  • Tebal Buku     : xiii + 194 halaman
  • ISBN               : 978-602-229-380-4

Sekilas Mengenai Tanam Paksa

Selamat malam, para pembaca sekalian. Bagaimana keadaan pembaca sekalian? Semoga selalu sehat dan disertai kemudahan dalam setiap urusan. Amin.

Baik, untuk mengawali review kali ini, alangkah baiknya saya membahas secara singkat terlebih dahulu mengenai Sistem Tanam Paksa pada masa kolonial. Apa itu Sistem Tanam Paksa? Bagaimana pelaksanaannya? Nah, kurang lebih tentu seperti itu pertanyaan yang muncul di benak pembaca sekalian bukan? Baiklah, mari kita mulai pembahasan kita kali ini!

Kebijakan Sistem Tanam Paksa yang dilaksanakan secara resmi pada tahun 1830-1870, dipandang sebagai era baru dalam kehidupan politik dan sosial ekonomi bagi masyarakat Banyumas dan Pulau Jawa pada umumnya. Melalui sitem ini, pemerintah kolonial melaksanakan eksploitasi sosial ekonomi dan penetrasi kekuasaan yang lebih luas di daerah jajahannya. Sistem tanam paksa yang dilaksanakan itu ditandai dengan dibukanya beberapa jenis perkebunan yang secara langsung dikontrol oleh pemerintah kolonial.

Perkebunan mensyaratkan penanaman wajib bagi jenis tanaman yang dapat menghasilkan barang-barang komoditi ekspor. Agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal, maka usaha itu dilakukan secara besar-besaran dengan menggunakan tanah pertanian dan tenaga kerja penduduk yang direkrut secara paksa.

Di wilayah Pulau Jawa, tanaman wajib yang diusahakan dalam skala besar adalah kopi, indigo, tebu, lada, teh, tembakau, serta kayumanis. Kopi merupakan tanaman yang paling banyak diusahakan, karena tanaman ini merupakan jenis tanaman ekspor yang dapat ditanam di seluruh daerah karesidenan. Tanaman favorit lain adalah tebu, yang ditanam di 13 karesidenan dari 18 karesidenan yang ada di Jawa.

Diatas kertas, ketentuan sistem tanam paksa tampaknya tidak terlalu menekan rakyat. Akan tetapi dalam pelaksanaannya banyak terjadi penyimpangan, sehingga penduduk berada dalam posisi yang sangat dirugikan. Penderitaan mereka semakin berat sejalan dengan keuntungan pihak kolonial yang semakin fantastis. Dari keuntungan yang diperoleh pemerintah kolonial berhasil membayar hutang-hutangnya. Selain itu, pemerintah kolonial juga mampu memberikan sumbangan kepada kas negara induk.

Ulasan

Untuk menggambarkan sebagian besar hal yang dibahas dalam buku ini, ada baiknya saya menuliskan kembali pengantar dari penulis yang menjadi pembuka dalam buku ini:

Melalui buku ini penulis berusaha menuangkan pemikiran tentang pelaksanaan Sistem Tanam Paksa dan dampaknya sampai periode-periode sesudahnya di Karesidenan Banyumas. Peristiwa sejarah yang terjadi pada zaman kolonial Belanda itu telah banyak membawa akibat buruk bagi penduduk di daerah tersebut, terutama penduduk di pedesaan.

Selama Sistem Tanam Paksa berlangsung, para pengusaha Barat dan modal mereka hanya diberi peran dalam pabrik-pabrik, bukan dalam sektor perkebunan. Dalam praktiknya, Sistem Tanam Paksa yang dilaksanakan itu banyak membutuhkan lahan pertanian dan tenaga kerja yang diambil dari penduduk. Lebih-lebih untuk tanam paksa tebu, disamping menggunakan lahan sawah dengan pergiliran yang ketat secara terus menerus juga memerlukan tenaga kerja yang banyak jumlahnya. Mereka dipekerjakan sejak penanaman sampai masa panen tebu, bahkan sampai musim produksi gula.

Penderitaan rakyat semakin parah, mengingat tanah pertanian yang digunakan untuk perkebunan berlaku untuk jangka panjang, sehingga produksi pangan menjadi semakin berkurang. Hal semacam itu berdampak bagi munculnya penderitaan penduduk berupa kemiskinan, bencana kelaparan, dan meluasnya wabah penyakit. Dampak lebih jauh dari kondisi semacam itu adalah reaksi penduduk yang berupa berkembangnya sikap anti kolonial dalam bentuk perlawanan sebagai bentuk protes sosial terhadap ketidakadilan.

Buku ini adalah sebuah mahakarya yang membahas Sistem Tanam Paksa di Karesidenan Banyumas secara detail. Penjelasan demi penjelasan dituliskan secara rinci dan runut, mulai dari tahap persiapan sistem, pelaksanaan sistem, dampak sosial, hingga perlawanan yang dilakukan oleh penduduk. Bab per bab disusun sedemikian rupa hingga memudahkan pembaca memahami periode tanam paksa di Banyumas secara utuh.

Bagi saya pribadi, buku ini termasuk dalam kategori "bacaan berat". Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan penjelasan yang super detail tersedia di setiap halaman buku ini, lengkap dengan catatan kaki (footnote) maupun sidenote nya. Bagi pembaca yang tidak terbiasa, tentu hal ini cukup meresahkan dan membuat mata berat untuk menjelajahi setiap sudut buku ini. Belum lagi tabel demi tabel yang banyak dilampirkan, hmm terbayang ya saat membacanya.

Buat yang penasaran pada foto yang dipasang untuk cover buku, itu adalah foto Pabrik Gula Kalibagor yang terletak di Kalibagor, Banyumas. Pabrik gula ini sudah berhenti beroperasi, namun bangunannya masih kokoh berdiri hingga kini. Terpampang jelas cerobong asap yang menjadi ciri khas pabrik gula, tinggi menjulang berdiri dengan gagahnya. 

Baiklah, semoga review saya sudah cukup memberikan gambaran bagi para pembaca yang akan membaca buku ini. Bagaimana, penasaran bagaimana sistem tanam paksa kala itu di Banyumas? Selamat membaca!

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer