Corona Oh Corona

Cover Depan Majalah Tempo Mengenai Corona (Sumber: Tempo)

Penyebaran Virus Corona memasuki fase yang mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, setiap harinya bertambah puluhan kasus positif dan korban yang berjatuhan pun makin banyak. Segala upaya dilakukan pemerintah untuk menghentikan laju penyebaran virus, mulai dari kampanye work from home, meliburkan sekolah, mewacanakan lockdown, hingga mencari bantuan dari berbagai pihak untuk kebutuhan penanggulangan virus. Oh iya, rupiah pun makin anjlok hingga menembus angka 16 ribu per 1 dollar Amerika.

Kampanye #dirumahaja yang digaungkan banyak orang untuk mengajak berdiam diri di rumah selama beberapa minggu ini sudah gencar dilakukan. Kampanye ini gencar dilakukan berbagai kalangan, mulai dari kalangan biasa, selebritis, hingga pejabat. Namun sulit bagi sebagian orang mematuhinya karena berbagai faktor, diantaranya adalah tuntutan pekerjaan dan pergi keluar untuk melakukan hal yang tidak harus dilakukan. Untuk faktor yang pertama, dapat dipahami bahwa pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang bergantung pada pendapatan per harinya. Kebanyakan yang berada dalam golongan ini adalah masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah. Mereka lebih takut mati kelaparan dibanding terinfeksi Virus Corona. Tidak ada pilihan lain bagi mereka selain untuk pergi keluar dan mencari rupiah demi rupiah. Beberapa profesi semacam ini yang ada di sekitar kita diantaranya ojek online, pedagang kecil, dan kuli bangunan.

Faktor yang kedua, yakni keluar rumah untuk hal yang dirasa tidak perlu dan tidak harus dilakukan, beberapa hari ini menjadi sorotan. Faktor kedua ini didominasi oleh golongan anak muda. Beberapa kota besar menerapkan sistem pembubaran paksa jika ditemukan hal semacam ini dalam bentuk kelompok tongkrongan atau kongkow-kongkow. Hal yang unik adalah, apabila ngeyel tidak mau pulang, orang yang bersangkutan bisa dikenai tuntutan hukuman satu tahun penjara. Gokil memang, tapi hal ini patut diapresiasi. Mengingat kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka ngeyel. Tidak hanya kelompok tongkrongan saja yang akan dibubarkan paksa, berbagai kegiatan yang melibatkan banyak massa pun dihimbau untuk tidak dilakukan sementara, seperti pengajian, acara perkawinan, dan lain-lain.


Terlepas dari apapun yang telah dilakukan pemerintah untuk menekan laju persebaran virus ini, patut diingat bahwa semua kembali pada individu masing-masing. Mengapa demikian? Karena apapun yang dilakukan dan dianjurkan oleh pemerintah akan sia-sia apabila kita sebagai masyarakatnya tak bisa bersatu dan kompak melawan virus ini bersama. Hal kecil yang bisa kita lakukan saat ini adalah cukup berdiam diri di rumah, dan jangan keluar apabila tidak dalam keadaan darurat. Memang hal ini terlihat mudah dan sepele, namun imbasnya sangat besar untuk menekan persebaran virus. Momen yang ada saat ini memungkinkan setiap keluarga untuk makin rekat dan hangat, disaat kehangatan keluarga sudah jarang ditemui. Pernah dengar istilah, "Rumah adalah sebaik-baiknya tempat kembali", benar bukan?

Selain itu selalu ingat untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap kali pulang ke rumah jika terpaksa keluar. Himbauan mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik patut diikuti. Langkah ini sebagai pencegahan penyebaran virus, yang bisa dilakukan setiap individu. Penyemprotan desinfektan ke lingkungan rumah juga menjadi alternatif yang diambil oleh banyak pihak guna menciptakan lingkungan yang setidaknya bersih dari ancaman virus.

Stay save ya kawan dimanapun kalian berada. Kita pasti bisa melewati ini semua bersama. Buang semua ego individu, saatnya untuk mengutamakan kepentingan bersama. Kita pasti bisa, pasti!

Komentar

Postingan Populer