Review Buku Api Paderi, Karya Muhammad Sholihin

Sampul Depan Api Paderi (Sumber: Indonesiana)

Deskripsi Buku

Judul Buku   : Api Paderi
Sub Judul     : Pertentangan Kaum Paderi dengan Kaum Adat Menegakkan Islam Secara Kaffah
Pengarang    : Muhammad Sholihin
Penerbit        : Narasi Yogyakarta
Tahun Terbit : 2010
Tebal Buku   : 215 halaman
ISBN             : 979-168-228-3

Review Buku Api Paderi

Selamat pagi para pembaca sekalian. Senang sekali rasanya kembali menulis dan berpartisipasi dalam blog ini. Jadwal yang padat walaupun sedang libur semester, membuat saya 'sedikit melupakan' blog ini. Hanya sedikit, tak benar-benar dan bermaksud melupakan. Lama tak jumpa, semoga kehadiran saya selalu dinanti, hehe.

Pada kesempatan kali ini, saya akan mereview salah satu novel sejarah yang cukup fenomenal, yang berjudul Api Paderi. Sekedar informasi, novel ini saya baca ketika sedang berada di Banjarbaru, sebuah kota di Kalimantan Selatan. Novel ini saya selesaikan dalam waktu beberapa hari -saya lupa berapa tepatnya-, yang pasti tidak melebihi satu pekan. Alur cerita yang cukup menarik membuat saya ketagihan untuk membaca halaman demi halaman dari novel ini.

Baik, langsung saja masuk kedalam topik utama postingan blog kali ini, yakni review buku. Cerita dalam buku ini diawali dengan deskripsi seorang tokoh bernama Datuak Sati, seorang tokoh yang dihormati dan namanya dikenal luas oleh masyarakat. Tokoh ini begitu kharismatik dan penuh wibawa, sehingga masyarakat hormat padanya. Bahkan banyak diantaranya yang menjadi pengikut setianya. Diceritakan bahwa masyarakat Paninjauan kala itu gemar melakukan sabung ayam. Salah satu jawara dari sabung ayam itu adalah ayam milik Datuak Sati yang bernama Gegar Jalu. Banyak cara dilakukan oleh Datuak Sati untuk membuat Gegar Jalu tak terkalahkan, diantaranya dengan berbagai ritual yang dilakukan.

Namun suatu malam, datanglah seorang tokoh yang nantinya menjadi penyebar agama Islam di Paninjauan. Tokoh tersebut bernama Tengku Hudzail Al-Alaf. Dia datang bersama seorang penduduk desa bernama Midin, dengan membawa seekor ayam biasa. Kedatangannya itu membuat banyak pengikut Datuak Sati geram. Dia datang hendak mengadu ayam yang ia bawa dengan Gegar Jalu, dengan harapan bahwa Gegar Jalu bisa saja kalah, karena memang ia hanya makhluk biasa di mata Allah SWT. Benar saja, setelah pertarungan yang begitu sengit, Gegar Jalu kalah dan bahkan mati di tangan ayam yang dibawa oleh sang Tengku. Datuak Sati awalnya kaget, dan termangu sesaat. Kehiilangan Gegar Jalu yang ia cintai, menyadarkannya bahwa selama ini ada kekuatan yang lebih besar daripadanya, yakni kekuatan dan kehendak Sang Pencipta.

Nah, bagian awal cerita ini menceritakan proses islamisasi masyarakat adat di Paninjauan. Sebuah tempat yang begitu kental dengan kepercayaan tradisional, animisme dan dinamisme. Tak berbeda dari masyarakat lain di berbagai wilayah di Nusantara kala itu. Siapa sangka di kemudian hari, cahaya Islam bersinar terang di bumi Paninjauan, dengan Tengku Hudzail Al-Alaf sebagai ujung tombaknya. Meskipun dengan berbagai halangan dan rintangan yang harus dihadapi.

Konflik mulai panas ketika kedatangan Kaum Paderi, kaum yang berideologi Islam murni. Inilah salah satu pembahasan yang cukup kontroversial, karena memang belum banyak yang tahu mengenai asal muasal konflik antara kaum Adat dan kaum Paderi. Dalam buku-buku sejarah, hanya dibahas mengenai ketidaksepahaman adat antara kedua kaum itu. Namun, yang terjadi begitu kompleks dan rumit, sebagaimana yang digambarkan dalam buku ini. Menurut saya, penulis berhasil menggambarkan dan menjelaskan konflik ini dengan cukup gamblang dan detail. Pembaca yang awam pun menurut saya takkan bingung.

Alur dalam buku ini cukup kuat, dengan alur maju yang mendominasi cerita. Alur cerita juga tak terduga, dengan kekuatan setiap tokohnya yang cukup kuat dengan karakternya masing-masing. Beberapa tokoh seperti Datuak Sati, Tengku Hudzail Al-Alaf, Midin, Puti Jalito, dan sebagainya memiliki karakter yang cukup kuat menurut saya. Selain itu, penggambaran latar tempat dan suasana yang begitu detail namun tak berlebihan, sehingga memudahkan pembaca untuk membayangkan dan berimajinasi.

Salut untuk penulis yang bisa menggambarkan dan menceritakan sedemikian rupa cerita di dalam novel ini. Akhir yang tak terduga dari buku ini, membuat saya sedikit berharap ada buku kedua sebagai kelanjutannya, hehe. Bagi para pengunjung blog yang mungkin belum membaca novel sejarah ini, disarankan sekali untuk membacannya. Nyesel loh kalo ga baca!

Komentar

Postingan Populer