Catatan Pendakian Merapi Part I
Berpose di Pasar Bubrah dengan latar belakang Puncak Merapi (Sumber: Dokpri) |
Berawal dari Sebuah Rencana
Semarang, 8 September 2017Suatu siang yang cukup terik saat itu. Seperti biasa, apabila cuaca sudah terik begini, kegiatan yang cocok adalah berdiam diri di kamar kos dan bermalas-malasan. Aku saat itu sedang berbaring di atas kasur kamar, menatap langit-langit dan sudut kamarku. Terlihat di beberapa sudut kamar, sawang sudah mulai menunjukkan eksistensinya. Membuatku berpikir untuk membersihkannya, agar dia tak melambai-lambai padaku lagi, menggodaku untuk bermain dengannya. Saat sedang asyik menatap sawang, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pesan whatsapp yang dikirimkan oleh temanku.
"Ber, lagi sibuk ora koe?", Teman masa SMAku, Amri, membuka percakapan.
"Ora sih kie sur. Kepriwe? Ana apa?", Balasku kemudian.
"Manjat yuh. Tiktok bae. Koe wis tau manjat Merapi?", Tanya ia kepadaku.
"Durung sih, tapi jan ndadak temen koh." Aku menjawab dengan ragu karena ia tak memberitahuku sebelumnya.
"Lha kepriwe maning. Nek manjat enake ndadak ber, haha." Dia mencari alasan mengapa begitu mendadak mengabariku.
"Ya wis yuh lah mangkati." Jawabku menyanggupi.
"Okeh, mengko wengi ming kosanku yah. Tek tunggu. Gawa sing penting-penting bae, sisane mengko gampang disiapna." Dia mengakhiri percakapan dengan memintaku datang ke kosannya di Gunungpati malam nanti.
Usai percakapanku dengan Amri melalui pesan whatsapp, aku mulai menyiapkan perlengkapan yang digunakan untuk mendaki Merapi malam nanti. Memang masih nanti malam aku baru berangkat ke kosnya di Gunungpati. Namun, tentu tak salah apabila menyiapkan apa yang perlu ku bawa sekarang, pikirku saat itu. Perlengkapan berupa tas ransel, jaket tebal, pakaian ganti, jas hujan, sepatu yang digunakan untuk mendaki, dan beberapa perlengkapan lain sudah selesai ku persiapkan. Tinggal menunggu malam nanti, pikirku. Setelah itu, aku pun melanjutkan kegiatan bermalas-malasan di dalam kamar.
Malam hari pun tiba. Selepas menunaikan sholat maghrib, aku pun berangkat menuju Gunungpati dengan mengendarai motor kesayanganku. Sesampaiku disana, Amri sudah bersiap-siap dengan tas carrier beserta perlengkapan yang digunakan dalam pendakian nanti. Kami pun bersalaman dan berbincang mengenai rencana pendakian malam ini. Setelah perbincangan selesai dan kami menunaikan sholat isya', kami pun berangkat menuju basecamp Merapi jalur New Selo, Boyolali.
Perjalanan menuju basecamp ditempuh selama hampir tiga jam. Ketika tiba di suatu daerah di Boyolali, kami sempat kehilangan arah. Temanku, yang mengaku hafal dengan rute yang kami tempuh malam ini, mendadak bingung karena malam yang begitu gelap dan penerangan jalan yang minim. Maklum, rute yang kami lalui adalah jalan desa. Hal ini diperparah dengan persimpangan jalan yang kami temui beberapa kali.
Alhamdulillah, kami akhirnya sampai di suatu perkampungan dan bertemu dengan beberapa warga setempat. Kesempatan bertemu dengan warga ini kami manfaatkan untuk menanyakan arah dan rute yang hendak kami tuju dengan sejelas-jelasnya. Penjelasan mengenai rute yang kami dapatkan dari warga kami ingat-ingat dan kami pamit untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Basecamp Merapi jalur New Selo mulai tampak beberapa saat kemudian. Basecamp ini tak terlalu besar ketika dilihat sekilas. Hanya ada satu ruangan yang digunakan untuk melakukan aktivitas seperti registrasi dan istirahat. Di ruangan itu, terdapat etalase dari kaca yang memajang beragam pernak-pernik dan cinderamata ala basecamp. Gantungan kunci, sticker, gelang, slayer, dan masih banyak lagi. Selain cinderamata, tedapat pula beberapa botol air minuman ukuran satu setengah liter yang dijual bagi para pendaki yang mungkin lupa membawa air minum dari rumah.
Kukira hanya ada satu ruangan di basecamp ini, ternyata perkiraanku meleset. Ada satu ruangan lagi yang cukup lebar yang digunakan untuk parkir kendaraan roda dua bagi pendaki. Selain tempat parkir, terdapat selasar yang dimanfaatkan untuk beristirahat pula. Sayangnya, selasar itu sudah penuh ketika kami tiba.
Berada di basecamp dengan angin yang begitu dingin menerpa, rasa lapar pun cepat menyerang kami. Ditambah lagi perjalanan yang memakan waktu hampir tiga jam dari Semarang, membuat kami berinisiatif untuk membeli makanan ala kadarnya di warung dekat basecamp. Kami berdua memesan makanan dan juga minuman hangat untuk menghangatkan tubuh kami yang mulai kedinginan, selain mengisi perut yang keroncongan sedari tadi. Entah karena lapar atau memang masakan yang menggugah selera, kami pun menghabiskan makanan dengan lahapnya. Selesai makan, kami kembali ke basecamp untuk beristirahat sebelum mulai mendaki.
Komentar
Posting Komentar