Review Novel Ian Sancin, Yin Galema
Novel Yin Galema |
Ian Sancin |
Judul :
Yin Galema
Penulis :
Ian Sancin
Penerbit :
Hikmah (PT Mizan Publika)
Cetakan :
Juli 2009
Tebal :
viii + 587 halaman
Tentang
Penulis
Ian
Sancin, lahir di Tanjung Pandan, Bangka Belitung. Mulai mempublikasikan cerpen
pertamanya (1986) di Majalah Famili dan puisinya di Tabloid Mutiara. Pernah
memenangkan lomba cerpen Bangka Pos (2000). Puisinya tercatat di kumpulan puisi
penyair se-Sumatra Memburu Makna ke Padang Kata (2002), juga tercatat di kumpulan
penyair se-Indonesia 142 Penyair Menuju Bulan (2007). Dan, Yin Galema merupakan
novel pertamanya.
Sinopsis
Buku
Cerita
dalam novel ini diawali oleh karakter seorang putri dari Tiongkok yang bernama
Yin Galema. Dia adalah putri selir kaisar dari Dinasti Ch’ing. Ayahnya
merupakan salah satu pemimpin pasukan ekspedisi yang cukup disegani.
Dikarenakan konflik dalam kerajaan, ibu Yin Galema pun dieksekusi karena alasan
tertentu. Ayahnya lalu membawanya dalam suatu ekspedisi tertentu ke sebuah
wilayah bernama Balok, yang kini dikenal dengan Belitung, untuk menghindari
konflik itu dan menyelamatkan putri semata wayangnya.
Beberapa
waktu kemudian, sampailah pasukan ekspedisi ayah Yin Galema di wilayah Balok.
Mereka diterima dan disambut secara hangat bak saudara kerajaan. Pada saat
pasukan ekspedisi datang, wilayah Balok adalah sebuah kerajaan yang tunduk
dibawah pemerintahan Kesultanan Mataram di Jawa, dipimpin oleh seorang raja
yang diceritakan arif dan bijaksana. Raja itu bernama Ki Gede Yakob, bergelar
Cakraningrat I yang berkuasa tahun 1618-1661 M. Dikarenakan sambutan yang
hangat oleh Kerajaan Balok, ayah Yin Galema beserta pasukan ekspedisinya
memutuskan untuk menetap selama beberapa waktu di Balok. Tak lama kemudian, Yin
Galema bahkan telah dianggap oleh Ki Gede Yakob sebagai anak sendiri, dan dapat
menyesuaikan diri dengan ligkungan Kerajaan Balok. Diceritakan pula bahwa Yin
Galema sangat akrab dengan Nyi Ayu Tenga, salah satu anak perempuan dari
Cakraningrat I.
Tumbuh
di wilayah yang jauh dari tanah kelahirannya, membuat Yin Galema seringkali
merindukan ibu dan tanah kelahirannya. Kehadiran ayahnya dan kehidupannya di
Balok menjadi satu-satunya pelipur lara hatinya. Ia tumbuh dewasa bersama
dengan Nyi Ayu Tenga, dan salah satu putri dari keluarga luar kerajaan yang
bernama Dayang Rindit. Tumbuh di lingkungan Balok yang sangat berbeda dengan di
Tiongkok, membuat Yin mempelajari banyak hal. Mulai dari lingkungan alamnya
yang berbeda, masyarakatnya yang cenderung lebih ramah, dan tak ketinggalan
adalah budaya serta adat istiadat yang ada di Balok. Banyak hal baru yang
ditemuinya selama di Balok ia catat dalam buku hariannya.
Suatu
saat, ayahnya melakukan suatu ekspedisi ke Tumasik, atau yang dikenal dengan
Singapura sekarang. Yin yang tak ikut dalam ekspedisi itu, berada dalam
perlindungan Raja Balok. Saat ditinggal ayahnya inilah, Yin Galema sering
bertemu dan berguru dengan seorang pertapa yang dikenal sakti, bernama Ki
Ronggo Udo, yang merupakan mertua dari Raja Balok Cakraningrat I. Ki Ronggo Udo
sendiri dahulunya adalah Raja Badau, yang wilayah kekuasaannya hampir mencakup
seluruh Belitung. Kekuasaannya kemudian diteruskan oleh menantunya, yang
kemudian menjadi Raja Balok. Ki Ronggo Udo sendiri banyak mengajarkan Yin
Galema mengenai kearifan dan kebijaksanaan, serta berbagai hal mengenai
kehidupan. Yin Galema yang selalu ingin tahu pun terpesona oleh ilmu dan
kearifan yang dimiliki oleh Ki Ronggo Udo. Bahkan melalui Ki Ronggo Udo inilah,
Yin dipertemukan dengan calon suaminya di masa depan yang berasal dari bangsa
Badau, yang diceritakan tak kasat mata bagi orang biasa yang melihatnya,
bernama Kanda Badau.
Benih-benih
konflik mulai timbul ketika pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh ayah Yin
Galema tak kunjung kembali ke Balok, padahal sudah bertahun-tahun lamanya.
Disaat kegundahan hati karena selalu memikirkan ayahnya yang tak kunjung
pulang, Yin dipusingkan pula karena pewaris tahta dari Kerajaan Balok, Bang
Dulhen atau Pangeran Agus Mending menaruh hati padanya. Padahal, hari
pernikahannya dengan salah seorang wanita yang berasal dari keluarga terpandang
di Balok sudah tinggal menunggu hari. Kegundahan hati Yin bukan tanpa alasan.
Yin sudah mengikat janji dengan Kanda Badau, dengan disaksikan oleh Ki Ronggo
Udo.
Dikarenakan
kegundahan hatinya yang semakin hari semakin menjadi, Yin memutuskan untuk
mencari jalan keluar untuk sementara waktu. Ia memutuskan untuk mengikuti jejak
ayahnya yang pergi ke Tumasik. Setelah persiapan yang cukup matang, dengan
ditemani oleh salah seorang pimpinan pasukan Kerajaan Balok yang dikenal
tangguh, berangkatlah Yin Galema ke Tumasik. Keberangkatan ekspedisi ini bukan
tanpa penolakan. Ki Agus Mending berkali-kali menyarankan kepadanya untuk tidak
pergi, karena khawatir akan keselamatannya. Namun karena keteguhan tekadnya, ia
dan pasukan Kerajaan Balok pun berangkat dengan tujuan awal untuk mencari tahu
perihal kebenaran kabar dari ayah Yin Galema.
Beberapa
bulan kemudian, sampailah Yin Galema beserta pasukan ekspedisinya di pelabuhan
Tumasik. Di Tumasik ini dia dihadapkan dengan situasi yang cukup mencekam,
terkait dengan persaingan kekuasaan dengan dalih ekonomi. Salah seorang saudara
ayahnya menjadi salah satu pimpinan dari satu golongan yang cukup terpandang di
Tumasik. Konflik di Tumasik terjadi diantara dua kubu, salah satunya kubu
saudara ayahnya itu. Singkat cerita, Yin Galema beserta pasukan ekspedisinya
yang setia kepadanya berhasil memadamkan konflik tersebut. Yin juga berhasil
menyatukan kedua kubu menjadi satu dengan meletakkan orang-orang kepercayaan
yang dipilihnya langsung untuk menduduki posisi-posisi penting tertentu. Berkat
keberhasilannya itulah, meski dengan jatuhnya korban di pihaknya, Yin menjadi
orang yang disegani dan terhormat di Tumasik. Kerinduannya pada Tanah Balok
yang aman dan damai, serta janjinya dengan keluarga kerajaan untuk kembali,
membuatnya memutuskan kembali ke Balok.
Sekembalinya
dari Tumasik, situasi politik tak kunjung membaik. Pangeran Agus Mending masih
menaruh hati padanya, dan suasana makin panas ketika Nyi Ayu Busu, adik dari
Agus Mending mengetahui hubungan dari kakaknya dengan Yin Galema. Nyi Ayu Busu
kemudian beranggapan bahwa Yin hendak memiliki rencana jahat untuk menguasai
tahta Kerajaan Balok. Sempat berkali-kali Yin mencoba menjelaskan perihal yang
sebenarnya kepada Nyi Ayu Busu dengan bantuan dari Pangeran Agus Mending, bahwa
apa yang dipikirkan oleh Nyi Ayu Busu adalah suatu hal yang salah. Namun
sia-sia belaka. Yin Galema akhirnya memilih berdiam diri, dan bimbang mengenai
hal ini. Situasi dalam istana yang penuh konflik ini kemudian membuat Ki Gede
Yakob, Raja Balok pada waktu itu jatuh sakit. Seluruh tabib dan orang pintar
diundang ke istana untuk mengobati sakit Raja, namun sia-sia belaka. Kondisi
Raja semakin memburuk dari hari ke hari. Tak lama kemudian, Ki Gede Yakob meninggal.
Sepeninggal
Ki Gede Yakob, Pangeran Agus Mending menggantikan ayahnya dengan bergelar
Cakraningrat II. Yin Galema memutuskan mengasingkan diri dari istana, walaupun
sempat ditolak oleh Agus Mending. Yin melakukan hal ini bukan tanpa alasan. Selain
untuk menepati janjinya kepada Kanda Badau untuk menjadi belahan hatinya,
tindakan ini dilakukan dengan harapan agar Agus Mending berhenti mengejarnya.
Yin pergi jauh ke dalam hutan untuk menemui Kanda Badau, namun dia tak bisa
menemukannya. Kanda Badau telah mengetahui perihal hubungan dan kedekatan Yin
dengan Agus Mending. Ia memutuskan pergi karena mengetahui Yin telah
mengkhianatinya.
Keterangan Singkat Tokoh Tertentu
§
Ki Ronggo Udo adalah nama gelar raja Badau terakhir. Sebelumnya raja-raja Badau hanya bergelar Ronggo Udo. Namun, raja terakhir beragama islam maka ditambah Ki pada awal gelar itu. Nama asli beliau adalah Datuk Mayang Gresik. Ia selanjutnya memindahkan pemerintahan dengan mendirikan kerajaan Balok, kemudian tahun 1618, tahtanya diserahkan kepada menantunya, Ki Gede Yakob atau Cakraningrat I.
Ki Gede Yakob adalah nama lain dari Kyai Mas’ud atau Gede Yakob, merupakan raja pertama kerajaan Balok Belitung dengan gelar Cakraningrat I, berkuasa tahun 1618-1661.
Ki Agus Mending adalah raja Balok kedua, bergelar Cakraningrat II, berkuasa pada tahun 1661-1696. Makamnya berada di kampung Balok Baru.
Ki Agus Gending adalah raja Balok ketiga, bergelar Cakraningrat III, berkuasa pada tahun 1696-1700. Makamnya berada di Pamanukan, Jawa Barat.
Ki Ronggo Udo adalah nama gelar raja Badau terakhir. Sebelumnya raja-raja Badau hanya bergelar Ronggo Udo. Namun, raja terakhir beragama islam maka ditambah Ki pada awal gelar itu. Nama asli beliau adalah Datuk Mayang Gresik. Ia selanjutnya memindahkan pemerintahan dengan mendirikan kerajaan Balok, kemudian tahun 1618, tahtanya diserahkan kepada menantunya, Ki Gede Yakob atau Cakraningrat I.
Ki Gede Yakob adalah nama lain dari Kyai Mas’ud atau Gede Yakob, merupakan raja pertama kerajaan Balok Belitung dengan gelar Cakraningrat I, berkuasa tahun 1618-1661.
Ki Agus Mending adalah raja Balok kedua, bergelar Cakraningrat II, berkuasa pada tahun 1661-1696. Makamnya berada di kampung Balok Baru.
Ki Agus Gending adalah raja Balok ketiga, bergelar Cakraningrat III, berkuasa pada tahun 1696-1700. Makamnya berada di Pamanukan, Jawa Barat.
§
Cakraningrat, juga biasa disebut Cakradiningrat, adalah nama gelar raja Balok yang memerintah di Belitung dari raja pertamanya Ki Gede Yakob, alias Depati Cakraningrat I hingga Cakraningrat IX KA Mohamad Saleh. Pemerintahannya kemudian diteruskan oleh mantunya KA Endek. Setelah KA Endek, pemerintahan di Belitung dikendalikan oleh pemerintah kolonial Belanda yang mengeksploitasi biji timah disana.
Cakraningrat, juga biasa disebut Cakradiningrat, adalah nama gelar raja Balok yang memerintah di Belitung dari raja pertamanya Ki Gede Yakob, alias Depati Cakraningrat I hingga Cakraningrat IX KA Mohamad Saleh. Pemerintahannya kemudian diteruskan oleh mantunya KA Endek. Setelah KA Endek, pemerintahan di Belitung dikendalikan oleh pemerintah kolonial Belanda yang mengeksploitasi biji timah disana.
Komentar
Posting Komentar